Selasa, 31 Agustus 2010

Profil Bulan September Seniman Mitra Art-Rachman Pryatna

Rachman Pryatna

Lahir di Bandung 23 Desember 1969

Mulai berkarya tahun 1992. Pada tahun 2001 aktif berkesenian di Dago Tea House dengan bergabung di dalam Komunitas Bengkel Seni. Tahun 2002, pameran bersama di Galeri Rumah Teh Taman Budaya dalam rangka Ulang Tahun Taman Budaya. Menjadi instruktur melukis pada tahun 2008 di Komunitas Kalangan Atas. September 2009 bergabung di komunitas Sanggar Mitra Babakan Siliwangi Bandung. Di komunitas ini selain melakukan aktivitas berkesenian juga aktif sebagai instruktur melukis dan menjadi juri di pelbagai perlombaan lukis seperti lomba lukis se-Bandung Raya di Food Market Pasteur Bandung. pada tahun 2010, mengikuti pameran bersama 100 pelukis Bandung di Gedung YPK. Hingga kini aktif di berbagai pameran seperti pameran bersama di Gasibu dengan anak-anak jalanan dalam rangka Ulang Tahun Kota Bandung dan Pameran Bersama Expo Kreatif di SABUGA Bandung bersama para pelaku kriya.

http://www.youtube.com/watch?v=qhLvQNzp2ns









Jiwa Pelukis -Rachman Pryatna

“Jiwa seorang pelukis senantiasa mengembara dan mencari”

“Mencari semua yang tercecer dari ruang pikirnya, membaca dari ayat-ayat yang tersurat dan tersirat.

Petualangannya adalah pengalaman, penelusuran lorong-lorong dari ruang ke ruang, waktu ke waktu, penjelajahan ke dalam misteri alam raya, penangkapan fenomena-fenomena sudut-sudut kehidupan. Demikian pula dalam menjalani rutinitas yang menjenuhkan hingga sesuatu yang tak terduga, bagi seniman semua itu adalah moment yang siap menjadi inspirasi. Segala rasa yang ghaib, cinta kesedihan, kekecewaan, marah juga keagungan Sang Pencipta, merupakan tantangan untuk diolah dalam dasar nurani yang paling dalam hingga bangkitnya kesadaran yang sempurna.

Bentangan kanvas adalah samudra yang harus diselami kedalamannya. Dia akan berenang diantara tumpukkan masalah kehidupan yang kemudian disemburkannnya lagi sehingga menjadi jawaban.

Semilirnya angin, perihnya luka sang daun yang berguguran dalam kepasrahan, alunan ombak yang terus bergerak tepati janji, juga kesetiaan sang karang yang tak bosan menanti, sejuknya gunung, anggunnya penghuni dusun, ekspresi aneka wajah, semua itu adalah penggetar-penggetar nurani sang pelukis untuk bertindak dalam bahasa diam yang sarat menyimpan makna.

Setiap goresan adalah zikir yang menjembatani dari rasa eling pada sang jati diri. Setiap warna yang tercurah adalah introspeksi dan rasa syukur dengan ke imanan yang utuh.

Sang pelukis bukanlah hendak membanding-banding dari apa yang tercipta-Nya, karena seorang pelukis layaknya ranting kecil di tengah semak belukar.

Seorang pelukis akan terus menempuh perjalanannya, walau kerikil-kerikil tajam terus menghadang. Ia akan terus melaju dengan ikhlas dan penuh tanggung jawab. Kepekaan rasanya akan terus diasah, hingga ia harus jujur pada dirinya sendiri.

Ia akan terus berjalan sampai usai cerita kehidupannya. Dengan memandang suatu sisi kemanusiaan, maka lumrah seorang pelukis berharap karyanya abadi dan namanya dikenang.

Rachman

Kopo, Okt 1997

Rachman Pryatna
"Mengejar Matahari
Acrylic on Canvas
2010
“Ketika aku terbangun, aku sadar bahwa....................................................................................................
lihat selengkapnya di http://mitraartcenter.blogspot.com/p/rachman-pryatna.html
Rachman Pryatna
"Semangat Mentari"
Oil on Canvas
2010
Mendung itu sirna seketika, kehangatan sinarmu.....................................................

Upacara Waisyak

Rachman Pryatna
"Upacara Waisak"
Oil on Canvas
2010

Menghitung Hari

Rachman Pryatna
"Menghitung Hari"
Oil on Canvas
2010

Sudut Jalan Cibadak

Rachman Pryatna
"Sudut Jalan Cibadak"
Ink On Paper
2008